![]() |
| image: Pixabay |
Abstrack
Genetika merupakan Ilmu yang mempelajari
tentang pewarisan sifat pada organisme. Secara kasar juga dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang gen dan segala aspeknya. Ilmu-ilmu Genetika sebenarnya telah
banyak disinggung dalam ayat-ayat Qur’an dan Hadits sejak 14 abad yang lalu,
khususnya dalam hal pewarisan sifat (Hereditas).
Qur’an Hadits, dan Genetika
Al-Qur’an dan Hadits merupakan dua pedoman utama dalam
agama islam. Dua pedoman tersebut memiliki otoritas yang signifikan dalam
memenuhi kebutuhan keilmuan dari zaman nabi Muhammad hingga pada zaman
kontemporer ini. Al-Qur’an dan hadits tidak hanya berisi tentang hal
religiusitas, melainkan juga megandung segala aspek seperti sumber keteladanan,
sejarah, dan ilmu pengethuan/sains.
Al-Qur’an dan Hadits memang dianggap pantas untuk
dijadikan khaazanah/sumber keilmuan. Hal ini karena dari zaman ke zaman
Al-qur’an dan Hadits selalu relevan dengan Ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang dengan pesat. Perkembangan
ini membawa berbagai dampak bagi kehidupan manusia. Maka dari itu, Islam
sebagai agama rahmatan lil’alamin, sangat memperhatikan pentingnya Integrasi
antara islam dan ilmu pengetahuan agar tidak terjadi kekacauan dan
penyelewengan.
Genetika merupakan salah satu cabang dari ilmu Biologi. Kata
“Genetika” merupakan serapan dari bahasa Belanda: genetica, adaptasi dari bahasa
Inggris: genetics, dan dibentuk
dari kata bahasa Yunani: γέννω, genno yang berarti
"melahirkan". Genetika mempelajari tentang pewarisan
sifat pada organisme maupun
suborganisme (seperti virus dan prion). Secara kasar juga dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang gen dan segala aspeknya.
Ilmu-ilmu Genetika sebenarnya telah banyak
disinggung dalam al-qur’an sejak 14 abad yang lalu. Seperti halnya dalam ayat
ke-2 surat Al-Insaan yang artinya:
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
setetes mani yang bercampur yang kami hendak mengujinya (dengan perintah dan
larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.” (QS. Al Insaan:
2)
Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa kata setetes
air mani yang bercampur merupakan campuran antara sel sperma dan ovum. Dan dari
ayat tersebut pula dapat diketahui bahwa terdapat ayat-ayat dalam al-qur’an dan
hadits yang perlu diulas dan dapat diintegrasikan dengan ilmu genetika.
Terutama dengan pokok pembahasan mengenai Hereditas.
Pengertian Hereditas dan
riwayatnya dalam Islam
Hereditas umumnya diartikan sebagai transmisi
genetik dari orang tua pada keturunannya, meski kejadian sesungguhnya tidaklah
sesederhana itu. Pada
dasaranya, seorang anak tidak mewarisi tingkah laku yang dapat diperoleh dari hasil belajar
seperti bakat
sebagai musisi
atau kecenderungan melakukan
kejahatan, melainkan
yang
diwarisi anak dari kedua orang
tuanya yaitu genotip
mereka.[1]
Faktor hereditas merupakan salah satu faktor utama
yang mempengaruhi perkembangan manusia. Berdasarkan penelitian, faktor hereditas mempengaruhi
kemampuan intelektual dan kepribadian seseorang. Islam dari 14 abad yang lalu bahkan
telah menyinggung mengenai faktor hereditas dalam perkembangan manusia. Hal
tersebut dapat diketahui dari pernyataan Nabi Muhammad Saw. Berikut merupakan
beberapa Hadits yang menyinggung masalah pentingnya dalam memilih pasangan
“Menikahlah kalian dengan sumber (penghentian) yang
baik. Karena sesungguhnya hal itu akan menurun kepada anak-anaknya.” (HR
Muslim)
Selain itu, Nabi Muhammad Saw. Juga Bersabda:
Pilihlah untuk benih (Nutfah) mu. Menikahlah dengan
perempuan yang sesuai, dan nikahkan perempuan dengan laki-laki yang sesuai. (HR
Ibn Majah)
“Wanita dinikahi
karena 4 perkara, karena hartanya, nasabnya, cantiknya dan agamanya. Maka
pilihlah yang mempunyai agama niscaya kamu akan beruntung.”
Dari Hadits-
hadits tersebut dapat diketahui suatu kesamaan mengenai betapa pentingnya dalam
memilih pasangan dari karakter dan nasabnya, karena karakter yang dimilikinya
akan diturunkan kepada keturunannya nanti
Dalam sebuah hadis
riwayat Abi Hurairah dijelaskan bahwa seorang laki-laki dari Bani Fazarah datang menghadap Nabi salallahu
alaihi wa salam dan berkata: “Sesungguhnya istri saya melahirkan anak laki-laki
yang (berkulit) hitam.”
Rasulullah bertanya: Apakah kamu mempunyai Unta?
Ia menjawab:”ya.”
Beliau bertanya lagi:” Lalu apa warnanya?”
Ia menjawab: “Merah”
Beliau bertanya lagi: apakah ada warna abu-abunya?
Ia menjawab,”Ada warna abu-abu pada unta merah itu.”
Beliau bertanya lagi: dari mana datangnya itu padanya?
Ia menjawab: “Barangkali ia dipengaruhi gen
(moyangnya)”
Beliau berkata: Ini juga barangkali karena dipengaruhi
oleh gen (moyang kamu).
Hadis dialog antara
Rasulullah Saw dan sahabatnya tersebut menggambarkan dengan jelas bahwa
pengaruh keturunan warna yang terdapat pada kulit badan merupakan pengaruh dari
genetik. Hal ini berasal dari keturunan nenek moyangnya jika saja sifat
tersebut tidak nampak dari kedua orang tuanya, maka bisa saja sifat itu akan tersimpan
pada satu individu dan kemudian akan muncul pada generasi selanjutnya[2]
Dalam
biologi, ilmu genetika membahas
mengenai gen,
pewarisan sifat, dan keanekaragaman organisme hidup. Genetika dapat
diaplikasikan ke berbagai studi tentang kehidupan seperti bacteria, plantae, animalia, dan manusia. Sejak dulu, telah ada
berbagai observasi untuk mengembangkan varietas dari suatu tumbuhan dan hewan.
Ilmu genetika modern dimulai oleh Gregor Mendel pada pertengahan abad ke-19. Genetika
berusaha menjelaskan material pembawa informasi untuk diwariskan (bahan
genetik), bagaimana informasi itu diekspresikan (ekspresi genetik), dan
bagaimana informasi itu dipindahkan dari satu individu ke individu lain
(pewarisan genetik).[3]
Setiap mahluk hidup tersusun dari sel yang merupakan unit dasar, dan setiap
sel memiliki inti sel yang biasa disebut nukleus, nukleus ini di dalamnya
terdapat 23 pasang/46 kromosom , dan di
dalam kromosom terdapat ratusan hingga ribuan gen. 46 kromosom pada manusia
berasal dari ayah dan ibu yang masing-masing menyumbangkan 23 kromosom/ kode
genetiknya. Gen
orang tua diwarisakan kepada anak-anaknya melalui proses pembuahan. Al-qur’an
sendiri telah mengabadikan proses pembuahan ini dalam ayat-ayatnya. Tidak sedikit ayat Al-qur’an yang meyebut istilah tetesan (nutfah). Kata Nuftah sebelumnya
seringkali ditafsirkan sebagai sperma. Tetapi sebenarnya barangkali
akan lebih tepat apabila ditafsirkan sebagai zygot yang dibuahi
dalam rahim. Hal ini berlandaskan pada
QS. Al-insan ayat 1-2 yang artinya:[4]
“Bukankah telah datang
atas manusia satu waktu dari masa, sedang Dia ketika itu belum merupakan
sesuatu yang dapat disebut?Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
setetes mani yang bercampur(amsyajj) yang Kami hendak mengujinya (dengan
perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan Dia mendengar dan
melihat. (QS. Al-insan: 1-2)
Penurunan karakter morfologi
Herditas juga
disinggung dalam Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13 yang sebagai berikut:
يا
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْناكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَ أُنْثى وَ
جَعَلْناكُمْ شُعُوباً وَ قَبائِلَ لِتَعارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ
اللَّهِ أَتْقاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَليمٌ خَبيرٌ (13
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di
antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal“. (Q.S.
al-Ĥujurāt/ 49: 13).
Dari ayat tersebut setidaknya
terdapat beberapa poin yang bisa diketahui, antara lain yaitu fitrah
keberagaman manusia, persatuan, tujuan terciptanya keberagaman, dan yang paling
penting yaitu hereditas/pewarisan sifat itu sendiri. Terdapat banyak golongan
kelompok manusia seperti halnya bangsa dan suku, tak hanya itu setiap suku dan
bangsa juga memiliki ciri khas dan karakteristik masing-masing, baik dari
lingkungan maupun dari genetiknya. Contoh saja orang suku papua yang umumnya
memiliki cirri morfologi hidung mancung, kulit gelap, dan rambut keriting.
Orang bangsa cina yang umumnya memiliki ciri morfologi kulit cerah dan mata
yang sipit. Hal tersebut merupakan contoh nyata dari adanya hereditas atau
pewarisan sifat dari kedua orang tua atau dengan kalimat lain, seseorang akan
mewariskan sifat-sifat genetiknya kepada keturunan-keturunannya nanti.
Implementasi
yang dapat dilakukan
Untuk mendapatkan keturunan yang baik, tangguh,
intelektual, dan berakhlaqul karimah, harus diperhatikan betul dalam memilih
pasangan. Berikut merupakan hal-hal yang dapat diimplementasikan berdasarkan
dalil Al-Qur’an Hadits:[5]
a. Berdoa. Sebab hanya
dengan doa sesuatu yang sifatnya tidak terlihat dimasa depan dapat menjadi
jelas melalui petunjuk Allah Swt. Hendaknya berharap mendapatkan pasangan yang
baik menurut Allah, berakhlak serta memiliki ketakwaan yang tinggi. Firman
Allah QS. Al-furqan:74
“dan orang orang yang berkata: "Ya
Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami
sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa”
b. Menikah dengan orang
yang jauh. Hal ini didasarkan pada hadits Nabi: “Janganlah kalian menikah
dengan kerabat dekat, karena anak yang lahir (darii pernikahan tersebut) akan
lemah fisiknya. Maksudnya akan kurus dan lemah tubuhnya, serta memiliki tingkat
pemahaman dan kecerdasan yang rendah. (DR. Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul
Aulad Fil Islam, Hlm. 44). Ilmuwan genetik mengingatkan agar menghindari
pernikahan dengan kerabat, apalagi dengan kerabat dekat sekali. Namun menurut
penulis yang dimaksud kerabat dekat sekali adalah saudara dekat, atau terbilang
memiliki hubungan nasab yang dekat sekali. Sebab dalam hukum genetik akan
rentan penyimpangan kromosom.
c. Istikharah, sebab
dengan istikharah harapannya adalah agar Allah memberikan pentunjuk untuk
menghadapi persoalan yang genting. Persoalan jodoh adalah persoalan genting,
sebab kan menentukan bagaimana generasi kedepan nantinya. Melalui orang
tuanyalah mereka akan ditentukan baik buruknya secara genetis, baik rohani
maupun jasmani.
d. Carilah suami atau
istri yang terbaik. Meskipun faktor-faktor yang mempengaruhi adalah harta,
kecantikan, kedudukan serta agama, namun Allah dan Rosulnya memberikan kode
untuk mencari yang baik agamanya. Allah berfirman dalam QS. Al-baqarah: 221
sebagai berikut:
“dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita
musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih
baik dari wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu” (QS. Al-baqarah:
221)
PENUTUP
Dari ayat-ayat yang telah diebut dan
dibahas, dapat diketahui kesimpulan bahwa suatu pasangan, masing-masingnya akan
mewariskan Sifat/kromosomnya kepada keturunannya. Sifat dan Karakter dari anak
yang akan lahir dianggap sangat penting untuk memunculkan generasi mendatang
yang berkualitas. Maka dari itu pemilihan pasangan sangatlah perlu
diperhatikan, karna dari 46 kromosom pembawa sifat&karakter pada anak yang
akan dilahirkan, setengahnya adalah dari pasangan. Selain itu juga terdapat
faktor-faktor lain seperti kebiasaan dan situasi lingkungan.
Datar Pustaka:
Meilinda. 2017. Teori
Hereditas Mendel:
Evolusi atau Revolusi
(Kajian Filsaat Sains). Jurnal Pembelajaran Biologi, Volume 4, Nomor 1
Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Maktabah Syamilah, Ibn Katsir,
10: 126
Ath-Thahir, Fathi Muhammad. 2005. Begini Seharusya
Suami Istri Saling Mencintai, Bandung: Irsyad Baitus Salam
Hasan, Aliah B.
Purwakania. 2006. Psikologi Perkembangan
Islami: Menyingkap rentang kehidupan manusia dari prakelahiran hingga
pascakematian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Thayyib, Haji Lalu
Ibrahim. 2010. Keajaiban Sains dan Islam.
Yogyakarta: Pinus Book Publisher
[1] Meilinda. 2017. Teori Hereditas Mendel:
Evolusi atau Revolusi
(Kajian Filsaat Sains). Jurnal Pembelajaran Biologi, Volume 4, Nomor
[2]
Hasan, Aliah B. Purwakania. 2006. Psikologi Perkembangan Islami: Menyingkap rentang kehidupan manusia
dari prakelahiran hingga pascakematian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
[4] Hasan, Aliah B.
Purwakania. 2006. Psikologi Perkembangan
Islami: Menyingkap rentang kehidupan manusia dari prakelahiran hingga
pascakematian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
[5] Ath-Thahir, Fathi Muhammad. 2005. Begini
Seharusya Suami Istri Saling Mencintai, Bandung: Irsyad Baitus Salam

Tidak ada komentar:
Posting Komentar