Minggu, 01 Maret 2020

BERBATAS


Karya : Immi. Adhelya Restu Iryani

credit: Pixabay


"Bu, itu lautnya langsung gabung sama langit ya?"
"Aku pengen ke laut ujung sana bu, biar bisa menyentuh langit"
Dulu aku mengira bahwa batas laut itu adalah langit. Nyatanya kini aku mengerti bahwa bukan laut yang tak berbatas melainkan penglihatan kita yang terbatas. Kita tak mampu melihat tepian laut seberang dengan satu sudut pandang, satu satunya cara adalah mengubah sudut pandang tersebut.
--
Semakin hari aku pun menyadari bahwa bukan hanya penglihatan kita yang terbatas, melainkan pengetahuan kita pun begitu terbatas. Satu-satunya cara memperluas batas wawasan kita adalah belajar.
--
Semakin belajar, aku semakin merasa pemahamanku pun memiliki batas. Ada banyak hal yang tidak ku ketahui. Bahkan beberapa tidak dapat dijangkau oleh nalarku sebagai manusia. Satu satunya cara adalah menggunakan hati untuk percaya, nalar dan naluri harus dipakai bersama.
--
Lambat laun aku pun memahami. Nyatanya hatiku tak seluas jagat raya, pun tak sehalus kain sutra. Sabarku masih berbatas, syukurku masih tenggelam dalam keluh, taubatku masih beradu dengan maksiat- maksiat baru. Satu-satunya hal yang harus ku lakukan adalah terus berbenah.
--
Kini aku menyadari, beberapa hal memang diciptakan memiliki batas. Agar aku tidak lupa statusku sebagai manusia. Batas-batas itu diciptakan untuk meruntuhkan kecongkakanku ketika mulai sok berkuasa. Kecongkakan dan kerakusan tak akan mampu menembus batas. Satu-satunya yang dapat menembus batas adalah ketulusan.
Paciran, 10 Januari 2020



Biodata Penulis
Nama : Adhelya Restu Iryani
Alamat : jl.pramuka dsn. Penanjan - desa Paciran - kec. paciran - kab. Lamongan
Email : adheliryani@gmail.com
No WhatsApp : 08819730245
Instagram : @adhel_iryani


Tidak ada komentar: