Karya : Immi. Adhelya Restu
Iryani
"Bu,
itu lautnya langsung gabung sama langit ya?"
"Aku
pengen ke laut ujung sana bu, biar bisa menyentuh
langit"
Dulu
aku mengira bahwa batas laut itu adalah langit. Nyatanya kini aku mengerti
bahwa bukan laut yang tak berbatas melainkan penglihatan kita yang terbatas. Kita tak mampu melihat tepian laut seberang dengan
satu sudut pandang, satu satunya cara adalah mengubah sudut pandang tersebut.
--
Semakin
hari aku pun menyadari bahwa bukan hanya penglihatan kita yang terbatas, melainkan pengetahuan kita pun begitu terbatas. Satu-satunya cara
memperluas batas wawasan kita adalah belajar.
--
Semakin
belajar, aku semakin merasa pemahamanku pun
memiliki batas. Ada banyak hal
yang tidak ku ketahui. Bahkan beberapa tidak dapat dijangkau oleh nalarku
sebagai manusia. Satu satunya cara
adalah menggunakan hati untuk percaya, nalar dan naluri harus dipakai bersama.
--
Lambat
laun aku pun memahami. Nyatanya
hatiku tak seluas jagat raya, pun tak sehalus kain sutra. Sabarku masih berbatas,
syukurku masih tenggelam dalam keluh, taubatku
masih beradu dengan maksiat- maksiat baru. Satu-satunya hal yang harus ku lakukan adalah terus berbenah.
--
Kini
aku menyadari, beberapa hal memang diciptakan memiliki
batas. Agar aku tidak lupa statusku sebagai manusia. Batas-batas itu diciptakan
untuk meruntuhkan kecongkakanku ketika mulai sok berkuasa. Kecongkakan
dan kerakusan tak akan mampu menembus batas.
Satu-satunya yang dapat menembus batas adalah
ketulusan.
Paciran, 10 Januari 2020
Biodata Penulis
Nama : Adhelya
Restu Iryani
Alamat :
jl.pramuka dsn. Penanjan - desa Paciran - kec. paciran - kab. Lamongan
Email :
adheliryani@gmail.com
No WhatsApp :
08819730245
Instagram :
@adhel_iryani

Tidak ada komentar:
Posting Komentar