Jumat, 31 Juli 2020

Resume Artikel : Perspektif pada Terapi Antibodi Monoklonal sebagai Intervensi Terapeutik Potensial untuk COVID-19


Penggunaan antibodi monoklonal dalam rangka pencegahan penyakit infeksi pada era ini dapat mengatasi banyak kekurangan terkait terapi serum dan preparasi imunoglobulin intravena dalam hal spesifisitas, kemurnian, risiko rendah pada kontaminasi patogen, dan keamanan. Antibodi monoklonal dapat memberikan intervensi terapeutik yang efisien dengan terapi sangat spesifik dalam melawan penyakit khusus. Beberapa tahun terakhir, banyak antibodi monoklonal yang dikembangkan untuk melawan infeksi virus.


COVID-19 (Coronavirus Disease 2019) menjadi pandemi pada tahun 2020. Penyakit tersebut disebabkan oleh infeksi SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2). Infeksi virus ini pertama kali ditemukan pada bulan Desember 2019 di Wuhan, Provinsi Hubei, China.Terapi antibodi pasif dapat digunakan untuk mengurangi pandemi COVID-19. Imunisasi pasif dari antibodi dapat mengurangi replikasi virus dan keparahan penyakit. Antibodi untuk imunoterapi pasif dapat diisolasi dari darah pasien terinfeksi maupun diproduksi dalam laboratorium.

Coronaviruses (CoVs) merupakan salah satu keluarga virus yang mempunyai genotipe dan fenotipe yang bermacam-macam. CoV merupakan virus berselubung (envelope) yang berisi strain tunggal RNA-postitif. Genome virus antara 27-32 kb yang dapat mengkode protein structural dan non-struktural. Protein structural seperti membrane (M), envelope (E), nukleokapsid (N) dan Spike (S) mempunyai peran utama dalam proses replikasi dan masuknya virus.

Infeksi CoV dimulai dengan interaksi antara Receptor-Binding Domain (RBD) dari sub-unit S1 pada protein spike (S) dengan reseptor target pada permukaan sel inang seperti Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE2) untuk SARS-CoV, serta dipeptidyl peptidase-4 (DPP4) untuk MERS-CoV. Pilihan terapi efektif dalam melawan SARS-CoV-2 dapat menggunakan obat antiviral spektrum luas atau dengan menggunakan molekul spesifik yang dapat menginterupsi tahapan siklus hidup virus atau dengan memblok perlekatan ikatan protein virus-reseptor sel inang sehingga menghalangi virus untuk masuk ke dalam sel. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan inhibitor fusi peptida, antibodi monoklonal penetral (anti SARS-CoV-2), antibodi monoklonal (anti ACE2), dan inhibitor protease. Fragment of Antigen Binding (Fab) dari antibodi monoklonal akan menetralkan virus dengan cara mengikat RBD padai SARS-CoV-2 sehingga SARS-CoV-2 tidak dapat berikatan dengan reseptor target pada sel inang.



Antibodi monoklonal (mAb) yang menarget protein spike pada SARS-CoV dan MERS-CoV menunjukkan hasil menjanjikan baik secara in vitro maupun in vivo sehingga berpotensi efektif dalam melawan SARS-CoV-2. Guna pencegahan penyakit yang efektif, kombinasi mAb yang berbeda dapat mendeteksi epitope berbeda pada permukaan virus sehingga dapat menetralkan isolate virus secara luas termasuk escape mutants dan kandidat terbaik dapat digunakan sebagai imunoterapi pasif. Epitope merupakan bagian dari antigen (dalam hal ini antigen virus) yang dapat dikenali antibodi. Beberapa contoh mAb untuk SARS-CoV yaitu 80R, CR3014, CR3022, F26G18, F26G19, m396, IA9, 201, 68, 4D4 dan S230. Beberapa contoh mAb untuk infeksi MERS-CoV yaitu MERS-4, MERS-27, 4C2, m336, G4, D12, JC57-14, MERS-GD27, MERS-GD33, LCA 60, MCA1, CDC2-C2, 7D10 dan G2.

Sumber :

Shanmugaraj, Balamurugan., Konlavat Siriwattananon, Kittikhun Wangkanont, Waranyoo Phoolcharoen. "Perspectives on monoclonal antibody therapy as potential therapeutic intervention for Coronavirus disease-19 (COVID-19)". Asian Pac J Allergy Immunol 2020;38:10-18 DOI 10.12932/AP-200220-0773http://apjai-journal.org/wp-content/uploads/2020/03/2.pdf

Oleh : Immi. Nanda Garintralia Kusnanto

Tidak ada komentar: